Perkembangan media massa tumbuh menjadi industri dimana terdapat pasar yang cukup besar dalam industri media tersebut. Terlebih saat ini dinyatakan sebagai era the information age, dimana kebutuhan masyarakat akan informasi cukup tinggi. Era ini muncul oleh adanya pengaruh yang kuat dari ekonomi serta perkembangan yang pesat di dunia teknologi informasi dan tekhnologi komunikasi sehingga media tumbuh dalam model yang kapitalistik. Masa ini ditandai dengan dijadikannya informasi sebagai komoditas, kemudian munculnya media baru dan terjadi penggabungan media serta berpengaruhnya ekonomi dan pasar.
Seiring dengan semakin canggih dan modernnya berbagai macam teknologi informasi, penggunaan internet pun semakin marak digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Internet sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup dan gaya hidup baru yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Dengan hadirnya internet didalam masyarakat akan berdampak pada majunya suatu masyarakat tersebut, meningkatkan produktivitas, kecerdasan, dan mutu pendidikan. Tak dapat dipungkiri, internet memang dapat memberikan informasi secara esktrim, ditambah dengan kemudahan dan kecepatan akses data.
Dalam hal penggunaan internet untuk mengakses informasi/berita, hasil penelitian sebuah lembaga survei yang pernah dikutip detik.com menyebutkan adanya kecenderungan semakin banyaknya orang yang mencari berita melalui situs online daripada melalui media cetak (www.detik.com). Hal ini dimungkinkan karena perkembangan website/portal berita dalam hal kemampuan menyajikan berita-berita hangat yang lebih cepat tersaji dan mudah diakses daripada yang dapat dilakukan media cetak. Mengingat karakteristik kecepatan, jangkauan dan kemudahan untuk diakses, maka tidak hanya perusahaan khusus penyedia jasa informasi saja yang memanfaatkan internet untuk bisnis informasi mereka, namun lembaga-lembaga nirlaba termasuk lembaga pemerintah telah pula berupaya untuk memanfaatkan website sebagai media penyampai informasi dan komunikasi kepada publik.
Pertumbuhan web sebagai media online semakin meningkat. Setidaknya terdapat dua faktor yang menjadikan web melonjak tinggi. Pertama, karena teknologi dan infrastruktur sudah menyebar dalam jumlah besar di masyarakat khususnya telephon dan komputer. Kedua, web juga multifungsi dan internet juga mempunyai fungsi yang meluas. Selain itu, web pada awalnya gratis karena penyediaan akses internet dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan non provit.
Perkembangan media online kemudian mempengaruhi media konvensional (terutama media cetak), disinilah muncul brand extension dimana banyak media cetak bergeser karena pasar mereka beralih ke media online. Hal ini terjadi karena menjadi fakta bahwa telekomunikasi telah menjadi bagian dari hidup dan sumber sosial untuk mempromosikan dan memperluas ruang publik.
Dari sisi media sendiri, internet dan media online di Indonesia cukup mengalami perkembangan yang signifikan. Situs berita online di Indonesia pada umumnya dimiliki dan dikembangkan oleh surat kabar dan majalah besar yang sudah memiliki nama, yang sebelumnya sudah eksis secara cetak dan kuat secara modal serta jaringan distribusi. Para pemilik koran dan majalah menerbitkan edisi online sebagai tuntutan kemajuan zaman yang serba cepat dan instan, apalagi adanya revolusi luar biasa di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi. Internet telah menciptakan bentuk keempat dari jurnalisme, Jurnalisme online secara fungsi berbeda dari bentuk jurnalisme lain karena menggunakan komponen teknologi sebagai faktor penentu dalam konteks definisi (operasional). Esensi dari publikasi berita pada web adalah karakternya yang diintegrasikan jurnalisme online yaitu konvergensi dari suara, gambar, dan teks. Situs berita online muncul untuk memberi kemudahan bagi seseorang dalam mengetahui suatu informasi secara cepat. Melalui situs berita tersebut, berita dan informasi dari berbagai penjuru dunia dapat di akses secara mudah dan cepat melalui media online (internet) dimana pun dan kapan pun mereka berada.
Kemunculan situs berita online diramaikan oleh kemunculan kompas.com (milik Harian Kompas) yang berdiri pada tahun 1997 dengan nama Kompas Online. Harian kompas merupakan merupakan surat kabar nasional yang mempunyai loyalitas konsumen kuat dan merupakan brand yang tidak asing lagi di masyarakat. Selama 47 tahun memberikan informasi kepada masyarakat terbukti kompas mampu eksis dalam mengelola brand. Tahun 2011 harian Kompas cetak memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500 ribu eksemplar perhari dengan rata-rata jumlah pembaca 1.850.000 orang perhari (data kompas) terdistribusi keseluruh wilayah Indonesia. Hal ini menunjukkan harian kompas mendapat kepercayaan (trust) dari pembacanya. Sebagai pengembangan pertama saat itu Kompas Online hanya berperan sebagai edisi internet dari Harian Kompas. Kemudian pada tahun 1998 Kompas Online merubah namanya menjadi kompas.com dengan berfokus pada pengembangan isi, desain, dan strategi pemasaran yang baru. Kompas.com pun memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di Indonesia, dengan modal kepercayaan dan loyalitas dari pembaca Kompas.
Seiring dengan melejitnya nama kompas.com sebagai situs berita online, maka banyak situs berita sejenis yang masuk ke dalam bisnis jasa ini. Hal ini yang mendasari munculnya pesaing dalam bisnis jasa situs berita online. Para pemilik koran dan majalah menerbitkan edisi online sebagai pesaing di media internet ini untuk meningkatkan jumlah pembacanya. Sebut saja seperti majalah tempo dengan tempo.co, Republika dengan republika.co.id, serta masih banyak lagi media cetak yang sekarang ini pasti mempunyai website portal sebagai edisi online. Media-media ini masih harus bersaing dengan portal-portal informasi yang memang murni berbisnis di media online. Pada tahun 1998 muncul detik.com yang kemudian disusul oleh okezone.com, vivanews.com, kapanlagi.com dan masih banyak lagi portal khusus media online yang tiap saat memberikan informasi berita kepada para pembacanya. Media-media ini bersaing merebutkan pengguna internet dan berlomba mendapatkan kunjungan terbanyak dan tentu saja loyal.
Problem etik bermunculan “dilema” antara kecepatan, kelengkapan, akurasi, dan persaingan bercampur di ruang redaksi. Bila di televisi rating menjadi bahasa persaingan, media online memiliki isu page-view sebagai penunjuk keberhasilan brand image media tersebut. Jika media konvensional luar negeri berhasil membangun brand extension dengan situs berita online, bagaimana dengan kondisi di Indonesia? Pakar online strategist dan CEO Virtual Blog Consulting Nukhman Luthfie mengatakan, Indonesia adalah anomali pasar portal berita. Di mana-mana, termasuk di Amerika Serikat, yang menjadi raja portal berita adalah media-media cetak mainstream yang masuk ke Internet dan membangun portal berita, seperti New York Times. Setiap ada dotcom murni (situs berita online murni) masuk ke wilayah portal berita, pasti kalah digjaya dibanding media cetak online. Namun, khusus untuk Indonesia (juga Malaysia), dotcom murni (situs berita online murni) yang membangun portal berita justru mengalahkan media mainstream (media konvensional) seperti Detik.com mengalahkan Kompas.com (www.Tempo.co, www.virtual.co.id).
Media online yang didukung oleh brand media cetak yang sudah lama tertanam dibenak pembaca mestinya bisa membantu para pengunjung internet untuk langsung menuju portal informasi edisi online mereka.
Kompas.com sebagai media online tertua didukung oleh brand image Koran Kompas yang sudah tidak asing lagi dipikiran para pembaca dan konsumen informasi di Indonesia. Bahkan pada saat diluncurkan (mei 2008) dan pada saat penyerahan New Wave Marketing Award kepada Kompas.com, Hermawan Kartajaya, Presiden MarkPlus, Inc mengatakan Sebagai raksasa media cetak, Kompas Gramedia berhasil membangun sebuah megaportal yakni www.kompas.com, yang diprediksi dapat mengalahkan detik.com dan okezone.com dalam waktu singkat, namun sampai tahun 2012 ini, kondisi tersebut belum terjadi.
Data google dan alexa menunjukkan bahwa kompas.com belum bisa mengalahkan detik.com sebagai pemegang brand image situs media online terbanyak dikunjungi oleh pencari berita secara online. Fakta dimasyarakat menunjukkan bahwa Koran Kompas mempunyai brand equity yang tinggi, tidak bisa disangkal bahwa Koran Kompas mempunyai loyalitas konsumen serta ketenaran nama, persepsi kualitas dan assosiasi masyarakat terhadap merek ini cukup tinggi sehingga merek Koran Kompas sangat familier dimasyarakat. Keller menyebut bahwa “brand equity as abridge” artinya dengan brand equity merupakan modal strategis untuk memasarkan sebuah produk. Akan tetapi ketika Kompas berusaha untuk membentuk brand extension dengan media online kompas.com belum bisa menjadi top situs berita di Indonesia.
Page views dan jumlah pengunjung yang tinggi merupakan indikator bahwa konsumen percaya terhadap kualitas konten dari situs berita yang mampu memenuhi kebutuhan mereka akan informasi online. Loyalitas terhadap situs online ini menjadikan pertimbangan utama konsumen untuk menuju ke situs tersebut ketika muncul kebutuhan akan informasi secara online.
Sumber : Pengaruh Anteseden Trust In Brand Terhadap Brand Loyalty (Joni Haryanto 2012)
Sumber : Pengaruh Anteseden Trust In Brand Terhadap Brand Loyalty (Joni Haryanto 2012)
SHARE THIS ARTICLE :
0 Response to " Trust in Brand Dalam Konteks Brand Loyalty Pada situs Berita Online"